Minggu, 22 Desember 2013

artikel

Artikel Pendidikan Bahasa Indonesia

Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Akan tetapi yang sangat mengherankan sebagai warga negara Indonesia yang mengenyam pendidikan dan mempelajari bahasa Indonesia masih banyak yang belum mengerti dengan baik bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pelajar yang memiliki nilai Ujian Nasional yang masih sangat rendah.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. 

Tidak jarang mahasiswa diperlakukan seperti mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di Fakultas Sastra dan Bahasa. Setelah 12 tahun belajar Bahasa Indonesia, apakah mereka sudah mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara tertulis maupun terlisan?

Lalu bagaimana dengan kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa S2? Seperti halnya mahasiswa D3 dan S1, ternyata sebagian mahasiswa S2 dan S3 juga masih lemah dalam berbahasa Indonesia. Paparan singkat di atas membuktikan ketidakmampuan sebagian (besar?) mahasiswa dalam berbahasa Indonesia, dalam hal ini bahasa tulisan. Lalu apa yang mesti dikerjakan para dosen Bahasa Indonesia yang ternyata tidak semua bergelar sarjana Bahasa Indonesia?

Dengan kata lain, setiap dosen harus mampu menjadi dosen Bahasa Indonesia. Artikel-artikel opini yang berkaitan langsung dan tak langsung dengan bahasa Indonesia yang dimuat di media massa cetak pun jangan pula dilewatkan. Dalam konteks tulisan ini, bukan dosen bahasa Indonesia mengajari mahasiswa, melainkan dosen bahasa Indonesia dan mahasiswa sama-sama belajar bahasa Indonesia. Bila beberapa upaya ini dapat dilaksakanakan sungguh-sungguh dan dengan senang hati oleh para mahasiswa dan dosen bahasa Indonesia, maka kita yakin para lulusan perguruan tinggi kita tidak hanya mampu dan terampil berbahasa Indonesia secara terlisan dan tertulis, tetapi juga sungguh-sungguh mencintai bahasa nasional mereka sendiri.

Sabtu, 21 Desember 2013

puisi


Puisi angin


ANGIN, 1
Oleh :Sapardi Djoko Damono

angin yang diciptakan untuk senantiasa bergerak dari sudut ke sudut dunia ini pernah pada suatu hari berhenti ketika mendengar suara nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, "hei siapa ini yang mendadak di depanku?"
angin itu tersentak kembali ketika kemudian terdengar jerit wanita untuk pertama kali, sejak itu ia terus bertiup tak pernah menoleh lagi
-- sampai pagi tadi:
ketika kau bagai terpesona sebab tiba-tiba merasa scorang diri di tengah bising-bising ini tanpa Hawa 
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982

ANGIN, 2
Oleh :Sapardi Djoko Damono

Angin pagi menerbangkan sisa-sisa unggun api yang terbakar semalaman.
Seekor ular lewat, menghindar.
Lelaki itu masih tidur.
Ia bermimpi bahwa perigi tua yang tertutup ilalang panjang
di pekarangan belakang rumah itu tiba-tiba berair kembali.
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982

ANGIN, 3
Oleh :Sapardi Djoko Damono

"Seandainya aku bukan   ......
Tapi kau angin!
Tapi kau harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut kamar,
menyusup celah-celah jendela, berkelebat di pundak bukit itu.
"Seandainya aku . . . ., ."
Tapi kau angin!
Nafasmu tersengal setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang perselisihan antara cahaya matahari dan warna-warna bunga.

"Seandainya  ......
Tapi kau angin!
Jangan menjerit:
semerbakmu memekakkanku.
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,1982
 

Jumat, 20 Desember 2013

Wacana Narasi



PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

            Dalam memproklamasikan kemerdekaan, Negara Republik Indonesia  mengalami beberapa konflik. Hal tersebut dimulai pemboman Kota Hiroshima oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 Agustus 1945. Bom atom dijatuhkan lagi di kota Nagasaki pada tanggal 9 agustus 1945, hingga menyebabkan Jepang menyerah pada Amerika Serikat. Namun,pada momen inilah dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
            Pada tanggal 10 Agustus 19945, Ir.Soekarno dan Mohamat Hatta selaku pimpinan PPKI terbang ke Dalat Vietnam. Mereka juga didampingi oleh Radjiman Wedyoningrat, mantan ketua BPUPKI. Ir.Soekarno, Moh.Hatta, dan Radjiman ke Dalat  untuk menemui Marsekal Tauchi. Marsekal Tauchi adalah panglima perang Jepang. Soekarno,Hatta,dan Radjiman menemuinya karena Jepang telah menyerahkan diri pada sekutu.
            Tanggal 12 Agustus 1945, Marsekal Tauchi memberikan persetujuan terhadap Indonesia untuk sesegera memproklamasikan kemerdekan. Meskipun sebenarnya Jepang menginginkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945.
            Ir.Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Wedyoningrat kembali ke Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1945. Kemudian mereka mengadakan rapat antara golongan tua dengan golongan muda. Beberapa tokoh golongan tua yaitu Moh.Yamin, Ki Hajar Dewantara,Kyai Haji Mansyur,Dr.Buntara, dan Mr.Iwa Kusuma Sumantri, sedangkan tokoh golongan muda yaitu Sukarni, Adam Malik,Dr.Muwadi,Wikara,Chaerul Shaleh,Johan Nur Sayoko,dan Syarif Thayeb. Golongan muda adalah golongan antijepang yang menginginkan proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan.
            Pada tanggal 15 Agustus,Jepang benar benar bertekuk lutut pada sekutu. Mendengar hal itu,golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, golongan tua tidak ingin buru-buru. Mereka ingin tidak mengingnginkan adanya pertumpahana darah saat proklamasi berlangsung.
            Tepat pukul 04.00 WIB,tanggal 16 Agustus 1945, Ir.Soekarno, dan Moh.Hatta diculik oleh golongan muda. Mereka dibawa ke Rengasdengklok, Karawang. Mereka didesak untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Indonesia. Namun, Soekarno dan Moh. Hatta tetap pada pendirianya. Hingga akhirnya diadakan rapat kembali antara golongan tua dan golongan muda.
            Pada tanggal 17 Agustus dini hari, teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dirumuskan oleh Ir.Soekrano dan Moh. Hatta. Mereka merumuskanya di rumah Laksamana Maeda. Setelah perumusan selesai, langsung diketik oleh Sayuti Melik. Tepat pukul 10.00 WIB teks proklamsi dibacakan oleh Ir.Soekarno di kediamanya jalan Pengangsaran Timur 56, Jakarta.

Kamis, 19 Desember 2013

Analisis Roman Pertemuan Jodoh



Ringkasan Roman Pertemuan Jodoh

Ketika perjalanan menuju Bandung dengan menggunakan kereta api. Secara tidak sengaja, seorang pemuda mempersilahkan tempat duduknya kepada Ratna karena tempat duduk yang lain telah penuh. Pemuda itu bernama Suparta, seorang pelajar dari STOVIA Jakarta. Ratna sendiri kini bersekolah di Frobelkweeschool. Mereka pun berkenalan satu sama lain. Ternyata, perkenalan itu membuat mereka saling menanam benih- benih cinta diantara masing-masing.
Liburan tiba, Suparta mengajak Ratna untuk pergi mengunjungi rumahnya di Sumedang. Ternyata, Suparta ingin memperkenalkan Ratna pada kedua orang tuanya. Akan tetapi, Nyai Raden Tedja Ningrum tidak begitu bersahabat terhadap Ratna setelah tahu bahwa Ratna berasal dari keturunan orang biasa dan bukan seorang bangsawan. Selama disana, Ratna selalu disinggung oleh Ibu Suparta tentang calon istri Suparta yaitu Nyai Raden Siti Halimah yang tidak lain ialah teman sekelasnya di Frobelkweeschool. Mendengar hal itu Ratna merasa sakit hati
Sejak saat itu, Ratna tersinggung dan kecewa terhadap Suparta. ia pun mencoba untuk melupakannya. Sayang, kesedihannya tidak berhenti disitu, ia pun harus putus sekolah karena usaha pembakaran kapal milik ayahnya , Tuan Atmaja bangkrut. Ia pun berusaha untuk mencari pekerjaan. Akhirnya, ia diterima menjadi pramusaji di sebuah toko. Disamping gajinya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, juga ia pergunakan untuk membiayai sekolah adiknya. Malang bagi Ratna, belum lama bekerja di toko tersebut. Ia pun harus di PHK, begitupun dengan para pekerja yang lain. Toko itu harus ditutup atas perintah pengadilansebab ada sesuatu yang belum terpenuhi.
Namun, Ratna tidak putus asa. Ia mencoba untuk tetap tabah dan mencari pekerjaan yang lain. Pernah, ia melamar pekerjaan ke kantor advokat, namun tidak berhasil dikarenakan pimpinan advokatnya itu selalu menggodanya. Tanpa disengaja, Ratna lewat di depan rumah mewah milik Nyonya dan Tuan Kornel. Ia pun mencoba melamar pekerjaan dan akhirnya ia diterima sebagai ibu rumahtangga
Nasib malang harus diterima Ratna lagi, salah seorang pembantu lain, Jene memfitnah bahwa Ratna telah mencuri perhiasan milik Nyonya Kornel. Ratna pun dilaporkan ke Polisi oleh Nyonya Kornel, sehingga ia ditangkap. Ratna yang merasa tidak melakukannya, bergegas melarikan diri ketika polisi yang menjaganya tertidur lelap. Ia melarikan diri dengan cara terjun ke Sungai Kwitang. Untung saja, nyawanya berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Beruntung bagi Ratna, sebab tepat waktu itu ia dirawat oleh kekasihnya sendiri, Suparta. Kini, Suparta telah berprofesi menjadi dokter tetap di rumah sakit itu. Betapa gembiranya Suparta bertemu dengan Ratna di rumah sakit. Sebab sampai saat ini, dia sudah mencari Ratna kemana- mana namun tidak berhasil. Kini, Ibu Suparta sudah menerima keadaan Ratna apa adanya. Sayang, Ratna sendiri hilang bagai ditelan bumi. Beberapa tempat telah dicari oleh Suparta. Bahkan dia pergi ke Togoapu, rumah orang tua Ratna tapi Ratna tidak ada di sana. Kemudian, Suparta pergi ke Kebon Sirih atas saran orang tua Ratna yang memberitakan kalau Ratna tinggal disana. Ternyata, kedatangan Suparta telah terlambat sebab saat itu Ratna dan adiknya sudah berangkat ke Jakarta. Suparta pun sampai putus asa mencari kesana- sini. Beruntung baginya, tiba- tiba saja ia bertemu Ratna yang sedang terluka di rumah sakit
Ratna menceritakan semua kejadian yang terjadi, sehingga ia bisa sampai di rumah sakit. Dokter Suparta pun berusaha keras menolong kekasihnya itu. Dia mencari seorang pengacara guna menemani Ratna di pengadilan atas tuduhan pencurian perhiasaan milik Nyonya Kornel. Setelah diadili, ternyata Ratna tidak bersalah melainkan Amat yang mencuri perhiasan itu. Amat adalah kekasih Jene. Jene tidak dihukum melainkan Amat yang dihukum. Pengadilan itu juga telah mempertemukan Ratna dengan adiknya, Sudarma. Kini Sudarma menjadi schatter pegadaian di Purwakarta yang saat itu bertindak sebagai saksi mata atas kejadian itu. Oleh Suparta dan adiknya, Ratna disuruh beristirahat di paviliun yang bernama Bidara Cina. Hanya Suparta dan Sudarma yang diperkenankan memeriksa kesehatan Ratna.
Setelah Ratna sehat, Dokter Suparta melamar Ratna. Akhirnya, mereka pun menikah namun pestanya dilaksanakan di rumah Sudarma. Setelah menikah, mereka berdua kembali ke Togoapu untuk tinggal di rumah tuan atmaja. Rumah itu dibangun atas bantuan Suparta sebagai hadiah perkawinan mereka.
Unsur Intrinsik
1.      Tema
Tema dari roman Pertemuan Jodoh adalah kisah percintaan antara bangsawan dan orang pribumi. Roman ini mengisahkan tentang hubungan antara Suparta dengan Ratna yang awalnya tidak disetujui oleh Ibu Suparta. Ketidaksetujuan tersebut disebabkan oleh perbedaan keturunan (perbedaan derajat). Namun pada akhirnya Ibunda Suparta menyetujui hubungan mereka berdua.
2.      Alur (Plot)
Roman Pertemuan Jodoh menggunakan alur maju. Cerita dimulai dari pengenalan tokoh, timbulnya masalah, puncak konflik, dan diakhiri dengan penyelesaian.
-          Pengenalan tokoh
Suparta adalah anak seorang bangsawan. Dia kuliah di Top Opleiding Voor Indische Artsn, nama sekolah Dokter sebelum dijadikan sekolah tinggi di zaman Hindia Belanda.
Ratna adalah gadis pribumi yang menjalin hubungan dengan Suparta. Ratna kuliah di Sekolah Rakyat. Ratna dan Suparta pertama kali bertemu di kereta dari Jakarta hendak ke Bandung. Mulai dari situlah hubungan mereka terjalin.
-          Timbulnya masalah
Setelah Ratna dipertemukan dengan Ibu Suparta yang bernama Nyai Raden Teja Ninrum, Teja Ningrum tidak merestui hubungan mereka berdua karena Ratna bukan keturunan orang Bangsawan.
-          Puncak Konflik
Sejak hubungan Ratna dan Suparta tidak disetujui oleh pihak Suparta, Ratna tersinggung dan kecewa terhadap Suparta. ia pun mencoba untuk melupakannya. Sayang, kesedihannya tidak berhenti disitu, ia pun harus putus sekolah karena usaha pembakaran kapal milik ayahnya , Tuan Atmaja bangkrut.
-          Penyelesaian Konflik
Ketika Ratna terkena musibah dan masuk rumah sakit, di sanalah Ia bertemu kembali dengan Suparta, mantan kekasihnya. Sejak itulah mereka menjalin hubungan yang sempat terpisah. Seiring berjalannya waktu sang Ibu Suparta pun merestui hubungan merka berdua.
3.      Tokoh dan Penokohan
-          Ratna : Perempuan terpelajar, sabar menghadapi segala macam cobaan.
-          Suparta : Pemuda terpelajar, berprofesi sebagai dokter. Dia kekasih, Ratna.
-          Ayah Suparta : Seorang bangsawan yang selalu memegang adat istiadat.
-          Ny. Raden Tedja Ningrum : Ibu kandung Suparta. Seorang bangsawan yang selalu membanggakan kekayaannya.
-          Ny Raden Siti Halimah : Wanita pilihan Ibu Suparta.
-          Tn. Dan Ny. Kornel : Orang Belanda yang kaya dan rendah hati.
-          Jene : Pembantu yang bekerja di rumah orang Belanda. Dia mempunyai perangai yang buruk
4.      Sudut Pandang
Roman Pertemuan Jodoh menggunakan sudut pandang orang ketiga. Abdul Muis menceritakan ceritanya menggunakan nama pemeran tokoh-tokoh dalam roman tersebut.
5.      Latar dan Tempat Kejadian
Tempat terjadinya peristiwa di daerah Pasundan, Jawa Barat. Suasana yang tergambar dalam roman Pertemuan Jodoh yaitu menyedihkan. Hal terlihat saat hubungan antara Suparta dan Ratna tidak direstui.
6.      Amanat
-          Tidak membeda-bedakan derajat manusia, manusia diciptakan Tuhan dengan derajat yang sama, yang penting manusia itu mempunyai moral yang baik. Sikap rendah hati dan tidak sombong yang dimiliki Suparta.
-          Tidak selalu menuruti keinginan orang lain (termasuk ibunya). Suparta hormat pada ibunya, namun pendapat Suparta bertentangan dengan ibunya dalam memilih jodoh. Suparta mempunyai prinsip hidup sendiri, asalkan baik, boleh tetap dijalankan.
-          Ketekunan Suparta dalam belajar, walaupun ia mengalami patah hati (putus cinta dengan Ratna). Suparta tetap tekun belajar dan akhirnya menjadi dokter.
-          Kesabaran dan keteguhan hati Suparta dalam menanti gadis pujaannya Ratna, juga menanti kepulihan Ratna dari tekanan hidup yang dialaminya.
-          Kerendahan hati Ratna dan ketidakputusasaannya dalam mempertahankan hidup. Ratna tidak gengsi menerima pekerjaan sebagai pembantu untuk mempertahankan hidup dan membantu biaya sekolah adiknya.
-          Tidak dendam dan membalas sikap orang yang telah menyakitinya. Ratna difitnah teman kerjanya (Jene) dan dituduh mencuri.
-          Dengan kesabaran, keteguhan hati dan sifat yang tidak mudah putus asa akhirnya keduanya (Ratna dan Suparta) memperoleh kebahagiaan.



Unsur Ekstrinsik
1.      Latar belakang penciptaan karya sastra
Roman Pertemuan Jodoh berasal dari luar diri pengarang, karena pada roman ini pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga.
2.      Sejarah dan latar belakang pengarang
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli  – wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota Volksraa. Setelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah rendah Belanda di Bukit tinggi ia melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai selesai. Kemudian, ia mejadi wartawan di Bandung.
Dengan mengetengahkan tokoh Ratna dalam roman Pertemuan Jodoh, Abdoel Moeis mengkritik perjodohan dan kesetaraan derajat. Dalam roman tersebut masalah adat masih disinggung-singgungnya, bahkan di kritiknya tajam sekali.

3.      Kondisi Masyarakat Saat Karya Sastra Diciptakan
Pengarang menciptakan roman ini berdasarkan kehidupan sosial masyarakat pada masa itu, yaitu tentang kesetaraan derajat dan perjodohan.
4.      Nilai moral
-          Tidak membeda-bedakan derajat manusia, manusia diciptakan Tuhan dengan derajat yang sama, yang penting manusia itu mempunyai moral yang baik. Sikap rendah hati dan tidak sombong yang dimiliki Suparta.
-          Tidak selalu menuruti keinginan orang lain (termasuk ibunya). Suparta hormat pada ibunya, namun pendapat Suparta bertentangan dengan ibunya dalam memilih jodoh. Suparta mempunyai prinsip hidup sendiri, asalkan baik, boleh tetap dijalankan.
-          Kesabaran dan keteguhan hati Suparta dalam menanti gadis pujaannya Ratna, juga menanti kepulihan Ratna dari tekanan hidup yang dialaminya.
-          Kerendahan hati Ratna dan ketidakputusasaannya dalam mempertahankan hidup. Ratna tidak gengsi menerima pekerjaan sebagai pembantu untuk mempertahankan hidup dan membantu biaya sekolah adiknya.
-          Tidak dendam dan membalas sikap orang yang telah menyakitinya. Ratna difitnah teman kerjanya (Jene) dan dituduh mencuri.
-          Dengan kesabaran, keteguhan hati dan sifat yang tidak mudah putus asa akhirnya keduanya (Ratna dan Suparta) memperoleh kebahagiaan.
5.      Nilai pendidikan
Ketekunan Suparta dalam belajar, walaupun ia mengalami patah hati (putus cinta dengan Ratna). Suparta tetap tekun belajar dan akhirnya menjadi dokter.

6.      Nilai sejarah
Diskriminasi kelas sosial di cerita ini sangat terlihat. Contohnya perbedaan terhadap bangsa pribumi dan bangsawan. Di kalangan pribumi pun terjadi diskriminasi terhadap masyarakatnya sendiri.
7.      Relevansi dengan zaman sekarang.
Dalam roman Pertemuan Jodoh, banyak menceritakan tentang perjodohan dan kesetaraan derajat antara orang bangsawan dan pribumi. Pada zaman ini,  hal tersebut dipandang tidak lumrah. Saat ini perjodohan tidak dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat berpandangan bahwa manusia itu sama di mata Tuhan.

Aliran Isi Roman Pertemuan Jodoh
Pengarang dalam menggambarkan isi roman melihat situasi kisah nyata masyarakat saat itu. Situasi tersebut digambarkan melalui kisah nyata percintaan antara orang bangsawan dan pribumi. kisah cinta itu tergambarkan di mulai dari bertemunya Suparta dan Ratna. Hingga pada akhirnya mereka menjalin kisah cinta menjadi sepasang kekasih. Banyak lika-liku kisah percintaan yang mereka alami, mulai dari tidak direstuinya hubungan mereka karena perbedaan status hingga mereka terpisah sementara oleh jarak dan waktu. Namun pada akhirnya kisah cinta itu berakhir pada kebahagiaan. Kebahagiaan itu terjadi saat Suparta dan Ratna dipertemukan kembali di rumah sakit, dan pada akhirnya hubungan mereka direstui oleh Ibu Suparta.